Kondisi-kondisi tersebut dipaparkan oleh pjs Gubernur BI Darmin Nasution dalam konferensi pers di Gedung Depkeu, Jakarta, Selasa (24/11/2009) menanggapi keluarnya hasil audit BPK untuk bailout Bank Century. Dalam hasil audit investigasi itu diantara menyatakan penilaian BI terhadap penyelamatan Century kurang menyeluruh dan hanya berdasarkan secuil indikator.
Lantas faktor-faktor apa yang mendasari BI mengeluarkan rekomendasi Century harus diselamatkan? Berikut poin-poinnya, seperti dikutip detikFinance dari bahan materi penjelasan Gubernur BI, Rabu (25/11/2009).
1. Krisis keuangan dunia yang memburuk sejak Oktober 2008.
Hal ini tercermin dari kerugian kredit yang melonjak sebagai akibat insolvabilitas dan penutupan operasi beberapa perusahaan keuangan raksasa, pengalihan risiko dan ketatnya likuiditas global. Selanjutnya kondisi ini memperburuk pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara emerging market cenderung menurun, diikuti oleh harga-harga komoditas yang menurun.
Menyikapi kondisi tersebut, semua negara melakukan konsolidasi kebijakan untuk meminimalkan dampak ketidakstabilan di pasar keuangan dan menjaga stabilitas dengan cara menjaga kecukupan likuiditas pasar keuangan, mengurangi risiko dan menjaga kepercayaan deposan.
2. Terjadi tekanan di pasar valuta asing Indonesia pada kurun waktu November 2008 ketika krisis memburuk dan mencapai puncaknya.
Hal itu diawali dengan adanya penarikan modal oleh investor asing (capital outflow) karena menganggap adanya peningkatan risiko negara-negara berkembang. Pada Agustus 2008, kepemilikan asing pada SBI dan SUN menunjukkan penurunan dan mencapai puncaknya pada Oktober 2008.
Penurunan modal asing secara drastis tersebut menimbulkan tekanan terhadap kestabilan nilai rupiah yang tercermin dari terdepresiasinya rupiah secara cepat dari sekitar Rp 9.000 an di bulan September 2008 menjadi sekitar Rp 12.000 dibulan November 2008.
Pelemahan rupiah yang cukup drastis tersebut diiringi dengan menurunnya kepemilikan asing di SBI, SUN dan saham mulai dari September 2008 dan terus berlangsung sampai dengan Maret 2009. Berkurangnya kepemilikan asing yang sangat signifikan tersebut semakin menimbulkan tekanan (volatility) terhadap penurunan nilai rupiah secara signifikan.
3. Kondisi pasar saham memburuk
Menipisnya kepercayaan investor asing secara umum selanjutnya memperburuk kinerja pasar seperti tercermin pada penurunan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang mencapai titik terendah 1111,39 dan bahkan pada tanggal 8 hingga 10 Oktober 2009, Bursa Efek Indonesia ditutup untuk sementara. Pemburukan di Pasar Keuangan juga ditandai dengan kenaikan imbal hasil yang diminta oleh investor untuk instrumen SUN Pemerintah RI.
4. Premi Risiko Indonesia Melonjak
Terjadi peningkatan drastis atas premi risiko Indonesia sebagaimana tercermin pada data Credit Default Swap/CDS yang melonjak dari kisaran 350 bps menjadi 1200 bps hanya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, yaitu awal Oktober-akhir Oktober 2008. Sebagai perbandingan, saat ini CDS Indonesia adalah di bawah angka 200 bps, yang menunjukkan tingginya keyakinan investor kepada Indonesia. Perkembangan CDS Indonesia:
- 1 Januari 2008: 152,83 poin
- 1 Oktober 2008: 352,22 poin
- 23 Oktober 2008: 1243,84 poin
- 24 Oktober 2008: 1248,35
- 28 November (setelah bailout Century): 708,89.
5. Menurunnya rata-rata transaksi PUAB
Sejak pertengahan tahun 2008, liquidity gap di industri perbankan mulai meningkat. Perbankan berupaya memenuhi kebutuhan likuiditasnya melalui Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Namun demikian situasi krisis mengakibatkan seluruh bank di dunia termasuk bank-bank di Indonesia mempertahankan likuiditas yang ada guna memenuhi kewajibannya kepada nasabah penyimpan dana.
Dalam perkembangannya hal ini mengakibatkan segmentasi di PUAB. Kondisi ini dapat diindikasikan dari sangat menurunnya rata-rata transaksi PUAB dari periode Januari-September 2008 dan Oktober- Desember 2008, baik pada PUAB Rupiah maupun PUAB valuta asing. Pada saat ini, yang sangat dikhawatirkan adalah terjadinya flight to quality dari bank-bank kecil dan menengah ke bank-bank besar.
sumber detik finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar