ANM World Wide

ANM World Wide
Earth

Jumat, 21 November 2008

Bank Century: Bank Pertama 'Penikmat' Perpu JPSK

Jakarta - Pemerintah pada 15 Oktober lalu telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK). Atas dasar Perpu JPSK itulah Bank Century kini diambil alih.

"Dasar hukumnya adalah Perpu JPSK dan UU LPS," jelas Ketua FSSK (Forum Stabilitas Sektor Keuangan) Raden Pardede saat ditanya mengenai dasar hukum pengambilalihan Bank Century, Jumat (21/11/2008).

Perpu ini merupakan amanat UU BI Nomor 3 Tahun 2004 pasal 11 ayat 5. Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengungkapkan, Sri Mulyani mengatakan dalam Perpu ini diatur mengenai pengambilan keputusan saat terjadi kesulitan di sektor keuangan yang sifatnya sistemik yang bisa menular ke institusi keuangan lainnya.

Dalam Perpu No 4/2008 pasal 20, pengambilalihan oleh LPS memang memungkinkan, tapi perlu likuidasi terlebih dahulu. Dalam pasal 20 Perpu tersebut dikatakan:

Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai membahayakan stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional, KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) menetapkan:

* langkah-langkah penanganan Krisis termasuk perkiraan kebutuhan biaya penanganan Krisis;
* pemberian FPD kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas oleh Bank Indonesia yang pembiayaannya dari Pemerintah;
* pemberian bantuan likuiditas kepada LKBB yang mengalami kesulitan likuiditas oleh Pemerintah;dan
* penambahan modal berupa penyertaan modal sementara kepada bank/LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) yang mengalami masalah solvabilitas yang pelaksanaannya dilakukan oleh LPS/Pemerintah.


Pendanaan yang dimaksud dalam penanganan krisis akan menjadi beban pemerintah.

Pengambilalihan Bank Century: Kejutan Setelah Rapat 9,5 Jam

Jakarta - Bank Indonesia pada Jumat pagi ini membuat kejutan dengan mengumumkan pengambilalihan Bank Century. Pengumuman ini dilakukan setelah rapat berkepanjangan hingga 9,5 jam lamanya.

Sejumlah pejabat penting terlihat melakukan rapat di kantor Menteri Keuangan, Jalan Lapangan Banteng sejak Jumat (20/11/2008) mulai pukul 21.00 WIB hingga Jumat (21/11/2008) pukul 06.30 WIB pagi atau hampir 9,5 jam lamanya.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menneg BUMN Sofyan Djalil, Gubernur BI Boediono, Deputi Gubernur Senior BI Miranda S Goeltom, Deputi Gubernur BI Siti Fadjrijah, Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad, Deputi Gubernur BI Budi Mulya, Dirjen Pajak Darmin Nasution, Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto, Ketua Bapepam LK Fuad Rahmany, Kepala Eksekutif LPS Firdaus Djaelani, Presdir Bank Century Hermanus Hasan dan Wakil Presdir Bank Century Hamidy dan Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo.

Tak seorang pun bersedia memberikan keterangan. Hanya Sofyan Djalil yang sempat memberikan keterangan sekitar pukul 24.00 WIB, karena keluar ruangan terlebih dahulu. Sofyan harus pulang karena pagi hari harus mengikuti Wapres ke Medan.

"Tadi saya hanya menyelesaikan masalah administrasi saja, saya juga harus pergi besok pagi ke Medan," kata Sofyan saat ditanya mengapa dirinya keluar lebih dulu.

Sri Mulyani kabarnya baru meninggalkan kantor pukul 06.30 WIB. Sri Mulyani baru ngantor lagi pada Jumat pukul 14.45 WIB. Sayangnya, tak satupun keterangan keluar dari Sri Mulyani.

Anggota Komisi XI DPR RI Dradjad Wibowo mengatakan, pengambalihan ini akan memperburuk persepsi negatif terhadap ketahanan sektor keuangan Indonesia.

"Pengambilalihan Bank Century oleh LPS tentu semakin memperburuk persepsi negatif terhadap ketahanan sektor keuangan di Indonesia, termasuk daya tahan Rupiah. Rupiah bisa alami overshooting yang luar biasa besar seperti hari ini," ujarnya  kepada detikFinance.

Menurut Dradjad, pengambilalihan Bank Century oleh LPS berarti negara harus melakukan penyelamatan karena proses business to business tidak bisa direalisasi. Mungkin juga karena penyelamatan secara bisnis tidak layak, demikian pula dari sisi finansial maupun legal.

Untuk meminimalkan dampak negatifnya, Dradjad meminta pemerintah, BI dan LPS memberikan penjelasan secara terbuka. Gubernur BI Boediono sebelumnya hanya mengatakan, LPS sudah menyuntikkan dana ke Bank Century, namun tidak menyebutkan angkanya.

"Mereka harus memberikan penjelasan secara terbuka mengenai apa dan seberapa dalam permasalahan yang dihadapi Bank Century, termasuk berapa suntikan likuiditas dan modal yang diperlukan," ungkapnya.

Yang paling penting lagi, lanjut Dradjad, LPS harus memastikan agar operasional Bank Century tetap seperti biasa, dan nasabah yang hendak mengambil dana bisa terpenuhi secara cepat.

"Jika hal ini tidak terealisasi, kepanikan akan melanda nasabah bank-bank lain. Mereka juga harus memastikan agar tidak ada bank lain yang mengalami nasib sama. Selain karena sangat destruktif, dana LPS juga tidak akan cukup untuk menyelamatkan dua bank dengan skala seperti Century," tegasnya.

Selain itu, pemerintah juga diminta segera menerapkan penjaminan penuh karena kasus Bank Century ini bisa menimbulkan kecemasan di kalangan nasabah

Citigroup Pertimbangkan Jual Perusahaan

Jumat, 21 November 2008 | 13:59 WIB

WASHINGTON, KAMIS - Manajemen Citigroup Inc saat ini tengah mempertimbangkan untuk menjual sebagian atau seluruh saham perusahaan. Kabar ini ditulis oleh Wall Street online dengan mengutip salah seorang sumber terpercaya yang mengetahui detail masalah ini.

Setelah mengalami kerugian selama empat kuartal berturut-turut, Citigroup berupaya meningkatkan modal kerjanya dari menjual aset-aset dan kepemilikan saham dengan total 75 miliar dollar AS sejak Desember tahun lalu. Jumlah tersebut juga termasuk dengan suntikan dana segar dari Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) sebesar 25 miliar dollar AS.

Menurut Peter Wallison dari American Enterprise Institute, Pemerintah AS akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menstabilkan kinerja Citigroup. Termasuk di dalamnya menambah lagi dana segar, karena kegagalan perusahaan finansial itu bakal menambah parah kondisi keuangan global saat ini.

“Tidak ada keraguan lagi. Citigroup tidak akan dibiarkan bangkrut. Saya rasa saat ini bukan ide yang baik untuk memberlakukan pelarangan short selling,” kata Wallison.

Pada pukul 04.15 di bursa New York Stock Exchange, harga saham Citigroup mengalami penurunan 1,69 dollar AS menjadi 4,71 dollar AS. Ini merupakan angka terendah dalam 15 tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, harga saham Citigroup sudah terjun bebas sebesar 84 persen.

Asal tahu saja, dalam empat kuartal terakhir, Citigroup sudah mengalami kerugian sebesar 20 miliar dollar AS yang disebabkan tingginya pinjaman gagal bayar dan menurunnya permintaan jasa perbankan. CEO Citigroup Vikram Pandit pada minggu ini bilang, perusahaan akan memangkas sekitar 52.000 karyawan tahun depan untuk mengurangi ongkos produksi.

Masalah Likuiditas Bank Century Sudah Terjadi Sejak Lama

Jakarta - PT Bank Century Tbk ternyata sudah menghadapi masalah likuiditas sejak lama. Dan krisis keuangan global memperparah kondisi Bank Century. Dan sepekan yang lalu, Bank Century akhirnya mengalami gagal kliring, yang sebelumnya diungkapkan karena masalah teknis.

Bank Indonesia (BI) ternyata sudah mengendus permasalahan likuiditas Bank Century sejak beberapa waktu yang lalu. Berdasarkan analisa, BI pun memutuskan agar Bank Century diambil alih pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Hal tersebut terungkap dalam penjelasan Bank Indonesia mengenai Bank Century, seperti dikutip dari situs BI, Jumat (21/11/2008).

"Bank Century memang telah kita cermati menghadapi masalah likuiditas sejak beberapa waktu yang lalu, tetapi selama itu masih dapat diatasi oleh bank," demikian penjelasan dari BI.

Selanjutnya seiring dengan krisis keuangan global yang terus berlangsung, ternyata memberikan tekanan yang semakin berat kepada bank. Tekanan likuditas semakin berat seiring dengan menurunnya persepsi positif nasabah terhadap Bank Century.

BI mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk Bank Century sebelum akhirnya mengambil opsi untuk pengambilalihan oleh LPS itu. Beberapa langkah yang sudah diambil adalah:

1. Meminta Pemegang Saham dan Pengurus bank untuk menyelesaikan permasalahan likuiditas antara lain dengan menjual aset likuid berupa suratsurat berharga serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan lainnya.
2. Menempatkan bank dalam status pengawasan intensif.
3. Meminta pemegang saham bank untuk menambah modal dan hal tersebut telah dipenuhi pada bulan Juni 2007 melalui right issue.
4. Meminta bank mengundang strategic investors yang dapat menyelesaikan seluruh permasalahan bank, namun sejauh ini berbagai upaya bank tidak membuahkan hasil.
5. Menempatkan bank dalam status pengawasan khusus (special surveillance) dan melakukan tindakan-tindakan pengawasan sesuai ketentuan terhadap bank dalam status tersebut.
6. Melakukan penyediaan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP).


"Mengingat permasalahan yang dihadapi bank tersebut dinilai memiki dampak sistemik, Pemerintah melalui KSSK memutuskan agar LPS melakukan PMS (Penyertaan Modal Sementara) yang disertai dengan penggantian manajemen bank. Melalui upaya tersebut, kondisi bank diharapkan akan segera membaik," urainya.

BI juga menegaskan, secara umum kondisi perbankan Indonesia masih dalam kondisi yang stabil dengan kinerja yang tetap terjaga. Namun BI akan tetap melakukan pengawasan kepada semua bank dengan meningkatkan kewaspadaan.

"Sejalan dengan terjadinya krisis global, Bank Indonesia dan Pemerintah terus melakukan langkah-langkah untuk mencermati setiap perubahan yang terjadi untuk mengantisipasi dampak krisis tersebut terhadap perbankan nasional," pungkasnya.

Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2008/11/21/133352/1040763/5/masalah-likuiditas-bank-century-sudah-terjadi-sejak-lama

Kasus Bank Century Berisiko Sistemik

Jakarta - Kasus telat setoran kliring Bank Century minggu lalu memang bukan kasus biasa. Kini setelah Bank Century diambilalih pemerintah melalui LPS, Bank Indonesia dan pelaku perbankan pun membuka kemungkinan bahwa kasus ini akan berdampak sistemik.

Kemungkinan dampak sistemik diutarakan Kepala Ekonom BNI Tony Prasentiantono. Baginya, kasus Bank Century ini akan berisiko sistemik sehingga menyebabkan efek domino ke bank-bank lainnya.

"Ini berisiko sistemik. Bisa saja terjadi efek domino ke bank-bank lain yang lebih besar," katanya ketika dihubungi detikFinance, Jumat (21/11/2008).

Sementara dalam bahan penjelasan Bank Century seperti dikutip dari situs Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk menangani kasus yang dinilai akan berdampak sistemik ini, pemerintah memutuskan untuk menyuntikkan modal sementara sekaligus pergantian manajemen Bank Century.

"Mengingat permasalahan yang dihadapi bank tersebut dinilai memiki dampak sistemik, pemerintah melalui KSSK (Komite Stabilisasi Sektor Keuangan) memutuskan agar LPS melakukan PMS (Penyertaan Modal Sementara) yang disertai dengan penggantian manajemen bank. Melalui upaya tersebut, kondisi bank diharapkan akan segera membaik," demikian penjelasan BI.

Tony menegaskan anggapan kalau risiko sistemik hanya bisa dipicu oleh bank-bank besar sebenarnya sudah tidak berlaku lagi. Pada kondisi seperti ini, bank kecil sekalipun bisa memicu risiko sistemik jika mengalami default.

"Sejauh ini, tampaknya ada anggapan bahwa risiko sistemik hanya terjadi jika yang default adalah bank besar. Saya pikir persepsi ini keliru. Bank kecil jika default juga bisa memicu kejatuhan bank lain," katanya.

Menurut Tony, kejadian seperti ini dipicu karena pemerintah hingga sekarang melakukan blanket guarantee. Karena itu, ia mendorong pemerintah segera melakukan blanket guarantee sebelum jatuh korban lagi.

Selain tiu, ia juga mengusulkan agar pemerintah meminjam dana dari IMF dan Bank Dunia masing-masing US$ 5 miliar agar cadangan devisa yang saat ini sekitar US$ 50 miliar menjadi kembali US$ 60 miliar.

"Ini yang akan membantu confidence, sehingga rupiah tidak terperosok lebih lemah. Ini harus cepat, dan kita tidak punya waktu lagi untuk "mengkaji". Time is now running out. No privilege anymore to think and "mengkaji dulu kebijakan tersebut", supaya market tidak makin nervous," tegasnya.

sumber : http://www.detikfinance.com/read/2008/11/21/124549/1040711/5/kasus-bank-century-berisiko-sistemik

Harga Minyak Kini Hanya US$ 48

Singapura - Harga minyak yang sempat mejeng hingga US$ 147 per barel, kini berbalik arah dengan cepat seiring ancaman resesi global. Harga minyak kini berada di kisaran US$ 48 per barel, yang merupakan terendah sejak 3 tahun terakhir.

Pada perdagangan di pasar Singapura, Jumat (21/11/2008), kontrak utama New York untuk minyak jenis light pengiriman Januari turun hingga 88 sen menjadi US$ 48,54 per barel. Kontrak Desember sempat anjlok ke US$ 48,64 per barel yang merupakan terendah sejak Mei 2005, sebelum akhirnya ditutup merosot 4 dolar ke level US$ 49,62 per barel.

Sementara minyak jenis Brent juga turun 48 sen menjadi US$ 47,60 per barel. Kontrak ini sebelumnya ditutup turun 3,64 dolar ke level US$ 48,08 per barel.

Kejatuhan harga minyak hingga di bawah US$ 50 per barel ini merupakan asumsi bahwa permintaan akan terpengaruh tak hanya oleh negara-negara barat tapi juga China dan India. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dari kedua negara Asia itu sebelumnya diharapkan meningkatkan permintaan minyak, sehingga membuat harga minyak terus meroket.

"Pasar sedang melakukan melakukan internalisasi realisasi bahwa resesi yang akan datang akan signifikan dan sepertinya akan memberikan dampak permintaan di beberapa negara berkembang sehingga memberikan pengaruh ke pasar," jelas Jason Feer, analis energi dari Argus Media seperti dikutip dari AFP.

Sentimen lain yang menekan harga minyak adalah laporan angka pengangguran di AS, yang merupakan konsumen energi terbesar. Angka pengangguran AS mencetak terbesar dalam 16 tahun terakhir, sekaligus menjadi bukti bahwa resesi sudah memasuki negara adikuasa itu.

"Pukulan ekonomi sudah datang. Harga energi terus tertekan sepanjang malam dan penurunan dipicu oleh data itu," jelas John Kilduff, analis dari MF Global.

"Saya kira hal yang mengejutkan adalah kecepatan dari semua kejadian ini. Harga minyak semakin sulit untuk dijual," imbuh Feer.

Harga Minyak Telah Turun Hampir 100 Dollar AS

Jumat, 21 November 2008 | 13:21 WIB

SINGAPURA, JUMAT — Harga minyak mentah di pasar Asia, Jumat (21/11), kembali terpuruk. Para pedagang khawatir resesi global akan mengikis permintaan energi. Emas hitam ini telah kehilangan hampir 100 dollar AS dari rekor tertingginya pertengahan Juli 2008 yang menembus 147 dollar AS per barrel.

Harga minyak jenis light sweet untuk pengiriman Januari turun 95 sen ke posisi 48,47 dollar AS pada perdagangan siang di Singapura di papan eletronik New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, kontrak Desember yang berakhir Kamis jatuh 4,00 dollar AS ke posisi 49,62 dollar AS setelah sempat melorot ke 48,50 dollar AS, posisi terendah sejak 18 Mei 2005.

"Sentimen benar-benar bearish, paralel dengan pasar saham," sebut Energy Analyst Fuel First Consulting, Gerard Rigby, di Sydney.

EDJ
Sumber : AP

Saham Bank Century Kembali Disuspensi

JAKARTA, JUMAT - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan suspensi (menghentikan sementara) perdagangan efek PT Bank Century Tbk (BCIC) terkait pemberhentian operasionalnya.

Kepala Divisi Pencatatan Sektor Jasa BEI Umi Kulsum Supandi, dalam pengumumannya Jumat (21/11), mengatakan suspensi ini dilakukan sehubungan dengan adanya informasi material yang belum disampaikan kepada publik tentang BCIC.

Menurut Umi, suspensi ini untuk mencegah terjadinya perdagangan yang tidak wajar atas efek perusahaan tercatat di BEI dan untuk mendapatkan informasi yang lebih memadai tentang hal tersebut.

"Bursa memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan efek BCIC di seluruh pasar mulai sesi I pagi ini hingga pengumuman lebih lanjut," katanya.

Hari ini, Bank Indonesia mengumumkan Bank Century diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan operasionalnya dihentikan. Bank Century akan mulai beroperasi lagi pada Senin 24 November 2008.


BI: Bank Century Kasuistis, Kondisi Perbankan Nasional Stabil

Jakarta - Pengambilalihan Bank Century oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya kasuistis. Secara umum, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa kondisi perbankan nasional tetap stabil.

"Kondisi perbankan secara umum masih baik dan mantap, kita belum lihat ada bank yang berpotensi seperti Bank Century," jelas Gubernur BI Boediono dalam konferensi persnya, di kantornya, gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (21/11/2008).

BI juga menegaskan, secara umum kondisi sistem perbankan nasional saat ini tetap stabil. Adapun permasalahan yang dialami Bank Century sifatnya kasuistis serta tidak menggambarkan kondisi sistem perbankan nasional secara keseluruhan.

"Memang beberapa waktu yang lalu Bank Century sempat mengalami mismatch likuiditas sehingga tidak bisa ikut serta dalam proses kliring," demikian penjelasan dari BI.

Selanjutnya, krisis keuangan global yang terus berlangsung ikut memperburuk kondisi keuangan Bank Century. Namun BI melihat Bank Century masih berpotensi untuk diselamatkan.

"Dan guna menjaga kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan dan perekonomian nasional secara umum, maka Pemerintah (melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK) memutuskan untuk menyerahkan pengelolaan Bank Century kepada LPS melalui Penyertaan Modal Sementara (PMS)," demikian penjelasan dari BI.

Terhitung mulai hari ini, Bank Century diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan selanjutnya tetap beroperasi sebagai Bank Devisa penuh yang melayani berbagai kebutuhan jasa perbankan bagi para nasabahnya.

"Pengambilalihan bank tersebut oleh lembaga Pemerintah ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah. Tim manajemen baru yang terdiri dari para profesional telah ditunjuk hari ini untuk mengelola dan meningkatkan kinerja bank," jelas Boediono.

Dalam rangka transisi, maka operasional Bank Century dihentikan sementara pada hari ini, dan operasional normal baru dilakukan pada Senin, 24 November. Namun segenap karyawan PT Bank Century Tbk diminta untuk bekerja seperti biasa sesuai tugas masing-masing dan bekerja sama sebaik-baiknya dengan manajemen baru.

"Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan sektor perbankan di tanah air yang saat ini secara umum mantap dan stabil," jelas Boediono.

Rupiah Rp 12.000 per Dollar AS, BI Tetap PD

JAKARTA, JUMAT — BI tetap percaya diri meski nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terus melorot. Terhadap dollar AS bahkan sudah menembus level Rp 12.000. Pasalnya, cadangan devisa negara hingga akhir Oktober 2008 masih mencapai Rp 50,4 triliun.

"BI masih confidence dengan cadangan devisa yang mencapai Rp 50,4 triliun karena negara lain, seperti Cina, memiliki cadangan di bawah itu," kata Boediono.

Boediono mengaku, pihaknya tetap berada di pasar dengan fluktuasi rupiah sekarang ini dan tetap memantau. BI juga tetap menjaga kurs rupiah dalam level yang realitas bagi perekonomian.

Boediono menegaskan, rupiah tetap menganut sistem devisa bebas, di mana membebaskan dalam penggunaan dan pembelian dollar. "Masih menganut devisa bebas jadi sesuai dengan undang-undang yang berlaku," ujarnya.

Saat berita ini dibuat rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada Rp 12.100 per dollar AS.


BI Pastikan Terus Jaga Rupiah

Jakarta - Bank Indonesia kembali menegaskan akan terus menjaga rupiah dari gejolak pasar yang sedang penuh ketidakpastian. BI akan menjaga rupiah di level yang realistis.

"Kita akan terus menjaga rupiah dan terus mengamati pasar. Kita akan berupaya menjaga rupiah pada level yang realistis," kata Gubernur BI Boediono dalam jumpa pers di kantornya, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (21/11/2008).

Boediono juga memastikan negara akan tetap menganut sistem devisa bebas dalam arti bebas memiliki dan bebas menggunakan.

Diakui Boediono meski cadangan devisa saat ini hanya sekitar US$ 50,5 miliar namun tetap lalulintas devisa dan rupiah berjalan dengan baik.

"Cadangan devisa negara saat ini sekitar US$ 50 miliar memang jauh lebih kecil jika dibandingkan China dan AS. Namun kita akan tetap menjaga lalulintas devisa dan rupiah," katanya.

Rupiah pada perdagangan valas pukul 10.20 WIB ada di posisi 11.950 per dolar AS. Rupiah pada perdagangan Jumat pagi sempat melemah ke level 12.200 per dolar AS. 

IHSG Langung Merosot

Jumat, 21 November 2008 | 09:59 WIB

JAKARTA, JUMAT — Sentimen negatif masih belum mau meninggalkan Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan Jumat (21/11) pagi langsung melorot 36,108 poin (3,13 persen) pada 1.118,862.

Saham-saham komoditas masih tetap menjadi motor terjunnya indeks. Sampai berita ini dibuat sektor pertambangan sudah anjlok 4,32 persen dan sektor perkebunan turun hingga 3,71 persen.

Sektor lain yang menjadi penggerak turunnya indeks adalah sektor perbankan yang turun 3,78 persen dan perdagangan yang melemah 3,79 persen.

Sementara itu, acuan indeks BEI lainnya juga mengalami nasib yang sama dengan IHSG, seperti indeks Kompas100 yang turun 3,56 persen, kemudian indeks LQ45 melemah 3,83 persen, serta Jakarta Islamic Index berkurang 3,46 persen.


Bursa Regional Kembali Bertumbangan

Jumat, 21 November 2008 | 09:25 WIB

JAKARTA, JUMAT — Mengikuti tenggelamnya Wall Street, bursa saham regional pada awal perdagangan, Jumat (21/11), bertumbangan di zona merah.

Di Hongkong, indeks Hang Seng dibuka langsung terpuruk 3,50 persen ke posisi 11.867,60, sedangkan di bursa Tokyo Jepang indeks Nikkei 225 sesi istirahat makan siang ditutup turun 2,22 persen pada 7.532,11.

Hal serupa juga menimpa indeks regional lainnya. Sampai berita ini dibuat indeks All Ordinaries Australia telah merosot 3,43 persen, indeks komposit Shanghai China jatuh 3,81 persen, indeks Strait Times Singapura terkoreksi 1,28 persen.

Kemudian, indeks Kospi Korsel berkurang 1,16 persen dan indeks Tertimbang Taiwan melemah 2,04 persen.

Akhirnya, Bank Century Diambil Alih LPS

JAKARTA, JUMAT- Gubernur Bak Indonesia Boediono mengumumkan PT Bank Century mulai hari ini, Jumatm 21 November diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Untuk selanjutnya tetap beroperasi sebagai Bank devisa penuh yang melayani berbagai kebutuhan jasa perbankan bagi para nasabahnya.

"Pengambilan alihan ini, untuk lebih meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah," kata Boediono, di gedung BI, Jakarta, Jumat (21/11).

Boediono mengatakan tim managemen baru yang terdiri dari para profesional telah ditunjuk hari ini untuk meningkatkan kinerja bank.Untuk melaksanakan proses peralihan secara tertib hari ini Bank Century tidak melayani transaksi perbankan bagi para nasabah.

Namun, pada hari Senin(24/11) Bank Century dipastikan akan melayani nasabah secara penuh, termasuk pelayanan kliring dan RTGS (Real time gross settlement systems). " Segenap karyawan Bank Century diminta untuk bekerja seperti biasa sesuai tugas masing-masing dan bekerjasama sebaik-baiknya dgn managemen baru," tuturnya .

Citi, JPMorgan, Capital One Bid for Chevy Chase

Citigroup, JPMorgan Chase and Capital One are among the final bidders for Chevy Chase Bank, a Bethesda, Maryland, lender, sources familiar with the matter said.

Other banks that looked at Chevy Chase include SunTrust Banks [STI 24.61 -3.68 (-13.01%) ] and BB&T [BBT 23.06 -0.51 (-2.16%) ], one source said.



The bids come as the largest U.S. banks turn their attention to expanding branch networks and amassing pools of low-cost retail deposits after seeing how unreliable capital markets can be when times are tough.

This strategy has already been put into play by JPMorgan, which snapped up banking assets of Washington Mutual from the FDIC for $1.9 billion, and by Wells Fargo [WFC 22.53 -1.87 (-7.67%) ], which trumped a low-ball Citigroup [C 4.71 -1.69 (-26.39%) ] bid to take over East Coast banking giant Wachovia.

Even securities giants Goldman Sachs [GS 52.00 -3.18 (-5.76%) ] and Morgan Stanley [MS 9.20 -1.05 (-10.24%) ] have become banks and joined the hunt for deposits.

WALL STREET IN CRISIS - A CNBC SPECIAL REPORT

Chevy Chase has $11.4 billion of deposits and 292 branches, according to the Federal Deposit Insurance Corp website.

"The key thing with that bank is that the asset side is not very attractive, but the deposit side is incredibly valuable because it is in Washington, D.C.," the source said.

Chevy Chase was founded in 1969 by Chairman and Chief Executive B. Francis Saul II. It opened its first branch in a trailer on Connecticut Avenue in Chevy Chase, Maryland.

Citi, JPMorgan [JPM 23.38 -5.09 (-17.88%) ] and SunTrust declined to comment. BB&T, Capital One [COF 25.19 -1.31 (-4.94%) ] and Chevy Chase were not immediately available.
Copyright 2008 Reuters

Citigroup May Seek Merger as Stock Plunges Further

Senior officials at Citigroup told CNBC that they will have to make a strategic change in the firm's direction, including finding a possible merger partner or raising cash in the coming days to arrest a sharp slide in the firm's stock price.

A Citigroup spokesman had no comment, but investment banking sources say possible partners could include Morgan Stanley [MS 9.20 -1.05 (-10.24%) ], Goldman Sachs [GS 52.00 -3.18 (-5.76%) ] or State Street Bank [STT 28.69 -1.64 (-5.41%) ]. Both Goldman and Morgan have recently switched over to banking holding companies so they could collect deposits. But finding a possible partner would be difficult in an environment where every major firm is reeling from the credit crunch and has its own set of problems.

* Who are the biggest owners of Citigroup?

Citigroup's [C 4.71 -1.69 (-26.39%) ] stock plunged below $5 a share on Thursday for the first time in 13 years as investors questioned the banks ability to handle potential credit losses and writedowns in 2009. By falling below $5, many mutual funds and institutional investors -- in particular pension funds -- must unload shares of Citigroup to comply with investment guidelines.

The bank also has been reeling on concerns that mounting losses from credit cards, mortgages and toxic debt could overwhelm its efforts to slash costs and add deposits.

Citigroup says its capital position is strong but acknowledges that the market appears to want to bank to raise more cash. Officials inside the bank denied speculation that Citigroup might approach the U.S. Treasury for more money from the $700 billion Wall Street bailout fund.

Video: Watch Gasparino's report.

On Thursday, Citigroup officials began pushing SEC officials to reinstate the so called uptick rule, which made it more difficult for professional investors known as short seller -- who make money betting that shares will decline--to short Citigroup stock.

Citigroup's shares may be tumbling, but Ladenburg Thalmann's banking analyst Dick Bove said he does not see any reason for Citigroup to follow the path of Lehman and fail. Bove maintained his "buy" rating on the stock on Thursday.

The current decline in the stock price is reflecting a series of fears related to loans and security values that cannot be actualized without a severe setback in the economy and a very rapid increase in interest rates, Bove said.

Citigroup Center
Mary Altaffer / AP

Citigroup has access to U.S. Federal Reserve funds, is working at insuring some of its debt and is reducing its balance sheet faster than any other company in the banking industry, said Bove, who believes these steps backstops the bank's liabilities.

'It would take a Depression every bit as large and long as the 1930s debacle to shake this company's viability,' Bove said.

Citi shares tumbled again despite news that Saudi Prince Alwaleed bin Talal plans to increase his stake in the company to 5 percent from less than 4 percent.

The prince said the bank's shares were "dramatically undervalued" and voiced support for the current board and CEO Vikram Pandit.

But Alwaleed's investment position didn't change investors' view of the firm, which has been hammered by the credit crisis like the rest of Wall Street

Citi Presses to Bring Back Short-Selling Ban

Citi has also approached members of Congress to discuss its concerns about short-selling, a source familiar with the matter told Reuters, speaking on condition of anonymity.

The Financial Services Roundtable, an industry group, is also pressing for regulators to temporarily bring back the emergency ban that ended on October 8.

The group, which represents most of the largest banks, brokerages, asset managers, and insurance companies in the United States, has been talking to securities regulators and others about reinstating the ban since it was lifted, said Scott Talbott, senior vice president in government affairs in Washington, DC.

Those efforts have increased in recent days as financial stocks have plummeted, Talbott said. "When conditions warrant, you want to prevent a downward spiral for shares. Investors are acting on panic now," he said.

If financial stocks were reaching irrationally high levels, the group would seek measures to rein them in, Talbott said. "We want markets to operate efficiently," he added.

Short-sellers borrow stock they expect will fall in price in the hope of repaying the loans for less and pocketing the difference. They have been blamed by some corporate executives for driving down the price of their companies' stock.

John Nester, a spokesman for the SEC, declined to comment. The agency separately announced on Thursday that it will hold a teleconference of international securities regulators next week to discuss short selling, among other topics.

—Reuters contributed to this report.
© 2008 CNBC.com

Singapore in Recession, Economy May Shrink in 2009

Singapore's economy is seen growing around 2.5 percent this year and could shrink next year, as financial services and its exports are expected to be hit by a weaker global economy, the government said on Friday.

Singapore's gross domestic product shrank a worse-than-forecast 6.8 percent in the third quarter on a seasonally adjusted annualized basis, final data showed, confirming the country entered into a recession.

The government forecast the economy could slow to between minus one percent and plus two percent growth next year, sharply down from a previous forecast of below 4-6 percent growth. It previously saw 2008 growth at 3 percent.

Singapore's central bank said after the data that its monetary policy stance as announced last month was still appropriate and that it had no plans for a change in policy ahead of the next scheduled review in April.

Topics:Economy (Global) | Recession | Singapore
Reuters | 20 Nov 2008 | 08:47 PM ET
Text Size

Singapore's economy is seen growing around 2.5 percent this year and could shrink next year, as financial services and its exports are expected to be hit by a weaker global economy, the government said on Friday.

Singapore's gross domestic product shrank a worse-than-forecast 6.8 percent in the third quarter on a seasonally adjusted annualized basis, final data showed, confirming the country entered into a recession.

RELATED LINKS

Current DateTime: 05:55:19 20 Nov 2008
LinksList Documentid: 27830407

* Citigroup May Seek Merger as Stock Plunges Further
* China Seems To Be Unexpected Bright Spot For TV Advertisers
* Slideshow: Driving the Green Revolution
* More Asia Pacific News

The government forecast the economy could slow to between minus one percent and plus two percent growth next year, sharply down from a previous forecast of below 4-6 percent growth. It previously saw 2008 growth at 3 percent.

Singapore's central bank said after the data that its monetary policy stance as announced last month was still appropriate and that it had no plans for a change in policy ahead of the next scheduled review in April.

"The figures were not unexpected as this is a realistic expectation of a shrink in GDP next year," said Kit Wei Zheng at Citigroup. "We think expectations of an imminent change to monetary policy is still somewhat premature."

Singapore's central bank said last month it was shifting to a zero appreciation or neutral bias for its currency from a policy that allowed for gradual appreciation. The move is intended to halt the rise of the currency, loosening monetary conditions.

The Singapore dollar, the central bank's main monetary policy tool, strengthened slightly versus the U.S. dollar to 1.5292 versus 1.5321 before the data.

CNBC.com

Economists had expected the figures to confirm a previous government flash estimate of a 6.3 percent contraction. Eight economists forecast a median 2.25 increase for full year growth.

Singapore was the first country in Asia to fall into a recession, often defined as two consecutive quarters of economic contractions, with Japan and Hong Kong having followed.

Singapore's heavy dependence on trade, with non-oil domestic exports contributing about 70 percent of the $165-billion economy last year, makes it a good gauge of how the global slowdown is affecting Asia.

"The data from everywhere else has been getting worse, the picture from Japan, Taiwan and the U.S. has shown deterioration in recent data. Today's revision was pretty modest," said David Cohen of Action Economics.

"You could see them remaining patient. But the current global weakening is significant enough to motivate a special move in monetary policy."

Singapore's government is expected to spend more to shield the country from the global downturn, which could swell its budget deficit to be three times larger than forecast in the current fiscal year, the finance minister said this week. It would be funded from a S$6.4 billion ($4.2 billion) surplus accumulated in the fiscal year that ended last March.

The government also announced it will spend S$2.3 billion (US$1.5 billion) to help companies get access to credit amid the global financial crisis.

"The government is acting early to enhance our business financing schemes in anticipation of greater credit tightening as a result of the global financial crisis," the Ministry of Trade and Industry said in a statement.

Speaking to journalists, Finance Minister Tharman Shanmugaratnam said the package of policies to help the economy would result in much larger budget deficits for fiscal 2008 and 2009. The budget for 2009 will be presented on Jan. 22, 2009, a month earlier than planned.

Economists said that personal and corporate income tax cuts may also be on the cards for next year's budget, which has been brought forward a month to January.

Pemerintah Ambil Alih Bank Century

Jakarta - Pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan mengambil alih Bank Century. Pengambilalihan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan bagi nasabah.

Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono dalam konferensi pers di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (21/11/2008)

BI juga telah menunjuk tim manajemen baru untuk Bank Century pada hari ini.

"Sebelumnya ada investor yang berniat membeli Bank Century, namun karena proses akuisisi membutuhkan waktu, maka BI memutuskan untuk mengambil alih bank itu melalui LPS. Dengan tujuan memberikan keamanan bagi nasabah," urai Boediono.

Sinar Mas Multiartha sebelumnya telah menandatangani LoI untuk pembelian hingga 70% saham Bank Century.

Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2008/11/21/092352/1040574/5/pemerintah-ambil-alih-bank-century

Analisa Tehnikal By AN 21 November 2008

Jpy Buy :
Sell : 94.30
Stop : 95.00
Intraday : 93.30 – 92.75
Daily : 92.20 – 91.90

GBP Buy :
Sell : 1.4790
Stop : 1.4860
Intraday : 1.4685 – 1.4635
Daily : 1.4580 – 1.4530

XAU Buy : 740.00
Sell :
Stop : 735.00
Intraday : 747.80 – 760.95
Daily : 755.65 – 766.30

CHF Buy : 1.2205
Sell :
Stop : 1.2145
Intraday : 1.2275 – 1.2410
Daily : 1.2360 – 1.2475
AUD Buy :
Sell : 0.6150
Stop : 0.6210
Intraday : 0.5995 – 0.5930
Daily : 0.5885 – 0.5825

EUR JPY Buy :
Sell : 117.80
Stop : 118.60
Intraday : 116.80 – 116.05
Daily : 115.35 – 114.55

EUR Buy :
Sell : 1.2505
Stop : 1.2570
Intraday : 1.2430 – 1.2375
Daily : 1.2330 – 1.2290

Pengikut