Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal tutup buku di atas level 2.500 pada akhir 2009. Kisruh Bank Century (sekarang Bank Mutiara) disinyalir sudah tidak memberi pengaruh besar pada pergerakan pasar menjelang tutup tahun.
"Saya kira IHSG cukup berpeluang tutup di level 2.500an," ujar Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan saat dihubungi detikFinance , Minggu (20/12/2009).
Menurutnya ada beberapa faktor positif yang bisa menjaga level IHSG tetap di atas level 2.500. Salah satunya adalah sikap pasar yang dinilai sudah lebih rasional dalam memandang kisruh seputar bail out Bank Century (sekarang Bank Mutiara).
"Pernyataan presiden yang mengatakan kalau Menkeu dan Wapres tidak perlu mundur, saya kira cukup untuk membuat pasar bersikap lebih rasional. Kelihatannya pasar saham akan aman-aman saja," ujarnya.
Sebelumnya, memang banyak pelaku pasar menilai kisruh tersebut cukup mempengaruhi pergerakan pasar selama triwulan IV-2009, terutama memasuki bulan Desember 2009. Sampai-sampai, sejumlah pelaku pasar menggalang aksi unjuk rasa guna mendesak agar masalah bail out Century ini jangan berlarut-larut sehingga bisa mengganggu aktivitas pasar saham.
Pelaku pasar yang berunjuk rasa meminta agar pelaku pasar lainnya lebih bersikap rasional dalam memandang kisruh bail out Century, terlebih terkait desakan mundur Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Presiden Boediono oleh Pansus Century DPR.
Namun menurut Fauzi, pernyataan dukungan Presiden SBY bakal menjadi acuan pasar dalam mengambil langkah investasinya selama akhir periode 2009 yang tinggal beberapa hari ke depan. Fauzi optimistis pasar akan mampu bersikap lebih rasional selama beberapa hari ke depan hingga tutup tahun.
Selain itu, faktor lain yang dinilai juga bakal menahan laju penurunan IHSG dalam menghadapi aksi ambil untung (profit taking ) rutin akhir tahun adalah tipisnya nilai transaksi harian selama Desember 2009.
"Transaksi Desember sangat tipis-tipis sekali. Saya kira ini juga memberikan peluang pada dorongan beli dalam menjaga penurunan akibat profit taking akhir tahun.
Lagipula banyak fund-fund asing sudah melakukan tutup buku, sehingga peluang IHSG bertahan di 2.500an cukup besar," ujarnya.
Transaksi selama Desember 2009 memang cukum minimalis. Nilai transaksi tertinggi Desember 2009 hanya sebesar Rp 4,031 triliun pada 2 Desember 2009. Transaksi terendah terjadi pada 11 Desember 2009 sebesar Rp 2,454 triliun.
Kendati demikian, IHSG masih mampu terangkat hingga level 2.509,576 pada 17 Desember 2009 atau naik 57,075 poin (2,32%) dari level 2.452,501 pada 1 Desember 2009.
Jika dibandingkan dengan posisi IHSG pada penutupan akhir 2008 di level 1.355,408, artinya telah terjadi kenaikan sebesar 1.154,168 poin (85,15%) hingga 17 Desember 2009.
"Sejauh ini tidak ada tanda-tanda yang bisa membuat IHSG kembali turun drastis. Pergerakan rupiah, yang sangat berkaitan erat dengan pergerakan di pasar saham juga tidak signifikan. Rupiah kelihatannya akan ditutup di kisaran Rp 9.400-9.500 terhadap dolar AS. Rupiah yang cenderung tidak fluktuatif menunjukkan kalau arus keluar masuk dolar AS melambat. Itu artinya, dana investasi asing sebagian besar sudah tutup buku. Jadi IHSG juga akan cenderung stagnan hingga akhir tahun," paparnya.
sumber detik finance
ANM World Wide

Earth
Senin, 21 Desember 2009
IHSG Semangat Sambut Akhir Tahun
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Kehadiran emiten baru PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang sempat menggairahkan pasar tetap gagal membawah IHSG ke teritori positif.
IHSG terus menerus dilanda kelesuan dan bergerak melemah dalam volume perdagangan yang tipis. Konflik penyelesaian kasus Bank Century yang berlarut-larut membuat investor memilih wait and see pada pekan-pekan terakhir di tahun 2009.
Pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu adalah:
Sementara bursa Wall Street menutup akhir pekan lalu dengan rebound tipis setelah sebelumnya sempat merosot tajam. Indeks Dow Jones pada perdagangan Jumat (18/12/2009) tercatat naik tipis 20,63 poin (0,20%) ke level 10.328,89.
Bursa Jepang mengawali perdagangan Senin (21/12/2009) dibuka menguat. Indeks Nikkei-225 langsung menguat 62,61 poin (0,62%) ke level 10.204,66.
Gerak IHSG pada pekan ini diprediksi masih fluktuatif namun dengan kecenderungan menguat. Investor akan terus mempercantik portofolionya menjelang tutup tahun sehingga membuat IHSG hingga akhir tahun akan bertahan menguat.
Kasus Bank Century yang sempat berpengaruh pada awal-awal bulan Desember diharapkan akan semakin tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Pansus Bank Century memang sempat mengeluarkan imbauan non-aktif bagi Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani. Namun ketegasan presiden untuk tidak ada non-aktif bagi kedua pejabat tersebut membuat investor sedikit berlega hati.
"Pernyataan presiden yang mengatakan kalau Menkeu dan Wapres tidak perlu mundur, saya kira cukup untuk membuat pasar bersikap lebih rasional. Kelihatannya pasar saham akan aman-aman saja," ujar Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan.
Berikut rekomendasi saham untuk hari ini:
Panin Sekuritas:
Menjelang libur panjang, IHSG gagal melanjutkan kenaikan yang terjadi sehari sebelumnya. IPO saham BBTN juga gagal membawa indeks bertahan pada area positif. Aksi jual terhadap saham BUMI terlihat menekan indeks sepanjang sesi 2 perdagangan kemarin sehingga indeks ditutup melemah -0,51% pada 2.509,576. Diawal pekan ini kami perkirakan indeks akan menguji level 2.482-2.523.
sumber detik finance
IHSG terus menerus dilanda kelesuan dan bergerak melemah dalam volume perdagangan yang tipis. Konflik penyelesaian kasus Bank Century yang berlarut-larut membuat investor memilih wait and see pada pekan-pekan terakhir di tahun 2009.
Pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu adalah:
- Senin (14/12/2009), IHSG melemah 12,713 poin (0,50%) ke level 2.506,386.
- Selasa (15/12/2009), IHSG turun 11,649 poin (0,46%) ke level 2.494,737.
- Rabu (16/12/2009), IHSG ditutup naik 27,808 poin (1,11%) ke level 2.522,545.
- Kamis (17/12/2009), IHSG melemah 12,969 poin (0,51%) ke level 2.509,576.
Sementara bursa Wall Street menutup akhir pekan lalu dengan rebound tipis setelah sebelumnya sempat merosot tajam. Indeks Dow Jones pada perdagangan Jumat (18/12/2009) tercatat naik tipis 20,63 poin (0,20%) ke level 10.328,89.
Bursa Jepang mengawali perdagangan Senin (21/12/2009) dibuka menguat. Indeks Nikkei-225 langsung menguat 62,61 poin (0,62%) ke level 10.204,66.
Gerak IHSG pada pekan ini diprediksi masih fluktuatif namun dengan kecenderungan menguat. Investor akan terus mempercantik portofolionya menjelang tutup tahun sehingga membuat IHSG hingga akhir tahun akan bertahan menguat.
Kasus Bank Century yang sempat berpengaruh pada awal-awal bulan Desember diharapkan akan semakin tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Pansus Bank Century memang sempat mengeluarkan imbauan non-aktif bagi Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani. Namun ketegasan presiden untuk tidak ada non-aktif bagi kedua pejabat tersebut membuat investor sedikit berlega hati.
"Pernyataan presiden yang mengatakan kalau Menkeu dan Wapres tidak perlu mundur, saya kira cukup untuk membuat pasar bersikap lebih rasional. Kelihatannya pasar saham akan aman-aman saja," ujar Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan.
Berikut rekomendasi saham untuk hari ini:
Panin Sekuritas:
Menjelang libur panjang, IHSG gagal melanjutkan kenaikan yang terjadi sehari sebelumnya. IPO saham BBTN juga gagal membawa indeks bertahan pada area positif. Aksi jual terhadap saham BUMI terlihat menekan indeks sepanjang sesi 2 perdagangan kemarin sehingga indeks ditutup melemah -0,51% pada 2.509,576. Diawal pekan ini kami perkirakan indeks akan menguji level 2.482-2.523.
sumber detik finance
Saham Gunawan Steel Kelebihan Permintaan 149%
Jakarta - Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 149%. Investor domestik baik itu institusi maupun ritel memborong 70% saham Gunawan Dianjaya Steel, sisanya dibeli investor asing.
Direktur PT Dinamika Usahajaya Benny Sudrata mengatakan, minat pemodal lokal cukup besar terhadap IPO saham produsen baja itu dibanding asing. Sebab, mereka optimistis, prospek usaha Gunawan Dianjaya Steel cukup menjanjikan ke depan, menyusul tren kenaikan harga baja di pasar global.
"Dari 70% saham yang dibeli pemodal domestik baik institusi maupun ritel persentasinya sama. Ini menunjukkan, animo investor Indonesia untuk membeli saham emiten baru mulai pulih," kata Benny dalam siaran persnya, Senin (21/12/2009).
Investor asing itu antara lain berasal dari Singapura dan Hong Kong yang merupakan investor jangka panjang. Tingginya minat pemodal, lanjut dia, membeli IPO saham Gunawan Dianjaya Steel, karena tahun depan harga baja berpotensi meningkat menjadi US$ 1.000 per ton dari saat ini sekitar US$ 500-600 per ton. Kenaikan harga baja itu antara lain dipicu tren membaiknya perekonomian global tahun 2010, termasuk Indonesia sehingga permintaan baja ikut melonjak.
"Seiring kenaikan harga baja, kinerja keuangan Gunawan Dianjaya Steel diharapkan semakin membaik ke depan. Faktor ini menjadi pertimbangan para investor, terlebih sekitar 80% produk perseroan diekspor ke berbagai negara," urainya.
Dalam penawaran saham kali ini, PT Dinamika Usahajaya bertindak sebagai penjamin pelaksana dan berhasil menghimpun dana publik senilai Rp 160 miliar atau Rp 160 per unit. Perseroan melepas 12,2% saham kepada masyarakat. Pencatatan perdana saham Gunawan Dianjaya Steel akan dilakukan Rabu (23/12) dan menjadi emiten terakhir yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2009.
Direktur Keuangan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk Hadi Sutjipto menambahkan, 70% dari total dana yang dihimpun dari publik akan digunakan melunasi sebagian utang dagang perseroan ke Stemcor Pte Ltd dari Singapura. Utang itu merupakan pembelian bahan baku berupa slab baja melalui fasilitas kredit dari Stemcor.
"Stemcor telah memberikan kemudahan kepada perseroan dalam impor bahan baku slab baja yang masih100% diimpor, khususnya dari Ukraina dan Rusia," jelas dia.
Hingga akhir 2008, saldo utang perseroan mencapai sekitar US$ 56 juta dan akan dilunasi dari sebagian dana hasil IPO saham. Sedangkan sisanya dibayar secara bertahap dari kegiatan operasional perseroan.
Hadi Sutjipto optimistis, kinerja keuangan perseroan ke depan cenderung membaik, menyusul mulai bangkitnya sektor infrastruktur dan konstruksi di Tanah Air.
"Selain itu, ekspor ke pasar Asia Tenggara, Timur Tengah dan Australia akan terus ditingkatkan ke depan dan juga menurunkan biaya rata-rata per unit produksi, termasuk berencana menambah kapasitas produksi mulai tahun 2011-2012 hingga 540 ribu metrik ton per tahun dari saat ini sekitar 400 ribu metrik ton," pungkasnya.
sumber detik finance
Direktur PT Dinamika Usahajaya Benny Sudrata mengatakan, minat pemodal lokal cukup besar terhadap IPO saham produsen baja itu dibanding asing. Sebab, mereka optimistis, prospek usaha Gunawan Dianjaya Steel cukup menjanjikan ke depan, menyusul tren kenaikan harga baja di pasar global.
"Dari 70% saham yang dibeli pemodal domestik baik institusi maupun ritel persentasinya sama. Ini menunjukkan, animo investor Indonesia untuk membeli saham emiten baru mulai pulih," kata Benny dalam siaran persnya, Senin (21/12/2009).
Investor asing itu antara lain berasal dari Singapura dan Hong Kong yang merupakan investor jangka panjang. Tingginya minat pemodal, lanjut dia, membeli IPO saham Gunawan Dianjaya Steel, karena tahun depan harga baja berpotensi meningkat menjadi US$ 1.000 per ton dari saat ini sekitar US$ 500-600 per ton. Kenaikan harga baja itu antara lain dipicu tren membaiknya perekonomian global tahun 2010, termasuk Indonesia sehingga permintaan baja ikut melonjak.
"Seiring kenaikan harga baja, kinerja keuangan Gunawan Dianjaya Steel diharapkan semakin membaik ke depan. Faktor ini menjadi pertimbangan para investor, terlebih sekitar 80% produk perseroan diekspor ke berbagai negara," urainya.
Dalam penawaran saham kali ini, PT Dinamika Usahajaya bertindak sebagai penjamin pelaksana dan berhasil menghimpun dana publik senilai Rp 160 miliar atau Rp 160 per unit. Perseroan melepas 12,2% saham kepada masyarakat. Pencatatan perdana saham Gunawan Dianjaya Steel akan dilakukan Rabu (23/12) dan menjadi emiten terakhir yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2009.
Direktur Keuangan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk Hadi Sutjipto menambahkan, 70% dari total dana yang dihimpun dari publik akan digunakan melunasi sebagian utang dagang perseroan ke Stemcor Pte Ltd dari Singapura. Utang itu merupakan pembelian bahan baku berupa slab baja melalui fasilitas kredit dari Stemcor.
"Stemcor telah memberikan kemudahan kepada perseroan dalam impor bahan baku slab baja yang masih100% diimpor, khususnya dari Ukraina dan Rusia," jelas dia.
Hingga akhir 2008, saldo utang perseroan mencapai sekitar US$ 56 juta dan akan dilunasi dari sebagian dana hasil IPO saham. Sedangkan sisanya dibayar secara bertahap dari kegiatan operasional perseroan.
Hadi Sutjipto optimistis, kinerja keuangan perseroan ke depan cenderung membaik, menyusul mulai bangkitnya sektor infrastruktur dan konstruksi di Tanah Air.
"Selain itu, ekspor ke pasar Asia Tenggara, Timur Tengah dan Australia akan terus ditingkatkan ke depan dan juga menurunkan biaya rata-rata per unit produksi, termasuk berencana menambah kapasitas produksi mulai tahun 2011-2012 hingga 540 ribu metrik ton per tahun dari saat ini sekitar 400 ribu metrik ton," pungkasnya.
sumber detik finance
Beda Nasib Sri Mulyani dan Bernanke
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Bernanke merupakan dua figur yang sama-sama menduduki jabatan penting bidang ekonomi saat krisis finansial global melanda di 2008.
Keduanya juga sama-sama mengambil kebijakan penting dalam rangka penyelamatan sektor keuangan di negaranya masing-masing.
"Perbedaannya, Bernanke sebagai Man of the Year versi majalah Time, dan Sri Mulyani sebagai korban politik terbesar sepanjang tahun," tandas Dirjen Pengelola Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto kepada detikFinance, Senin (21/12/2009).
Padahal, menurut Rahmat, Bernanke mengeluarkan kebijakan bailout US$ 700 triliun atau setara Rp 6.700 triliun dari APBN AS.
Sementara Sri Mulyani yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, dan Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), mengeluarkan kebijakan bailout Bank Century Rp 6,7 triliun, yang bukan dari dana APBN.
"Bernanke bailout dengan mengeluarkan US$ 700 triliun uang Anggaran, setara kurang lebih Rp 6.700 triliun. Sedangkan bailout Century Rp 6,7 triliun, itupun bukan dana APBN, tapi dana LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Seribu banding satu, padahal GDP Amerika tidak sampai 100 kali Indonesia," tuturnya.
Majalah Time mendapuk Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke sebagai 'Tokoh Tahun 2009'. Bernanke dinilai sukses menggawangi perekonomian AS selama masa gejolak krisis finansial. Penulis senior Time, Michael Grunwald mengatakan, alasan utama Bernanke terpilih adalah karena dia merupakan pemain penting dalam mengawal perekonomian paling penting di dunia.
Sementara Sri Mulyani kini sedang menjadi bulan-bulanan karena menyetujui bailout untuk Bank Century setelah mendapatkan rekomendasi dari Bank Indonesia bahwa bank yang kini bernama bank Mutiara itu adalah bank gagal yang berdampak sistemik. Pansus DPR bahkan mengimbau Sri Mulyani dan Wapres Boediono non-aktif.
sumber detik finance
Keduanya juga sama-sama mengambil kebijakan penting dalam rangka penyelamatan sektor keuangan di negaranya masing-masing.
"Perbedaannya, Bernanke sebagai Man of the Year versi majalah Time, dan Sri Mulyani sebagai korban politik terbesar sepanjang tahun," tandas Dirjen Pengelola Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto kepada detikFinance, Senin (21/12/2009).
Padahal, menurut Rahmat, Bernanke mengeluarkan kebijakan bailout US$ 700 triliun atau setara Rp 6.700 triliun dari APBN AS.
Sementara Sri Mulyani yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, dan Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), mengeluarkan kebijakan bailout Bank Century Rp 6,7 triliun, yang bukan dari dana APBN.
"Bernanke bailout dengan mengeluarkan US$ 700 triliun uang Anggaran, setara kurang lebih Rp 6.700 triliun. Sedangkan bailout Century Rp 6,7 triliun, itupun bukan dana APBN, tapi dana LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Seribu banding satu, padahal GDP Amerika tidak sampai 100 kali Indonesia," tuturnya.
Majalah Time mendapuk Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke sebagai 'Tokoh Tahun 2009'. Bernanke dinilai sukses menggawangi perekonomian AS selama masa gejolak krisis finansial. Penulis senior Time, Michael Grunwald mengatakan, alasan utama Bernanke terpilih adalah karena dia merupakan pemain penting dalam mengawal perekonomian paling penting di dunia.
Sementara Sri Mulyani kini sedang menjadi bulan-bulanan karena menyetujui bailout untuk Bank Century setelah mendapatkan rekomendasi dari Bank Indonesia bahwa bank yang kini bernama bank Mutiara itu adalah bank gagal yang berdampak sistemik. Pansus DPR bahkan mengimbau Sri Mulyani dan Wapres Boediono non-aktif.
sumber detik finance
Langganan:
Postingan (Atom)