Frankfurt - China sukses menggeser Jerman sebagai eksportir terbesar dunia. Lambatnya proses pemulihan ekonomi Jerman akibat krisis membuat negara tersebut dengan mudah disalip oleh China.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik Jerman, ekspor negara tersebut untuk periode Januari hingga November mencapai 734,6 miliar euro atau sekitar US$ 1,05 triliun. Sementara China pada periode yang sama berhasil mencetak nilai ekspor US$ 1,07 triliun.
Pada November, surplus neraca perdagangan Jerman naik menjadi 17,2 miliar euro dari 13,6 miliar pada Oktober 2009. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2008.
"Spesialisasi produk Jerman dengan komposisi tinggi pada barang-barang modal dan tingginya kehadiran di pasar Asia membuat Jerman sebagai salah satu negara yang mendapatkan keuntungan investasi dari pemulihan global," ujar ekonom senior ING, Carsten Brzeski seperti dikutip dari AFP, Jumat (7/1/2010).
sumber detik finance
ANM World Wide

Earth
Sabtu, 09 Januari 2010
Salip Jerman, China Jadi Eksportir Terbesar Dunia
Frankfurt - China sukses menggeser Jerman sebagai eksportir terbesar dunia. Lambatnya proses pemulihan ekonomi Jerman akibat krisis membuat negara tersebut dengan mudah disalip oleh China.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik Jerman, ekspor negara tersebut untuk periode Januari hingga November mencapai 734,6 miliar euro atau sekitar US$ 1,05 triliun. Sementara China pada periode yang sama berhasil mencetak nilai ekspor US$ 1,07 triliun.
Pada November, surplus neraca perdagangan Jerman naik menjadi 17,2 miliar euro dari 13,6 miliar pada Oktober 2009. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2008.
"Spesialisasi produk Jerman dengan komposisi tinggi pada barang-barang modal dan tingginya kehadiran di pasar Asia membuat Jerman sebagai salah satu negara yang mendapatkan keuntungan investasi dari pemulihan global," ujar ekonom senior ING, Carsten Brzeski seperti dikutip dari AFP, Jumat (7/1/2010).
sumber detik finance
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik Jerman, ekspor negara tersebut untuk periode Januari hingga November mencapai 734,6 miliar euro atau sekitar US$ 1,05 triliun. Sementara China pada periode yang sama berhasil mencetak nilai ekspor US$ 1,07 triliun.
Pada November, surplus neraca perdagangan Jerman naik menjadi 17,2 miliar euro dari 13,6 miliar pada Oktober 2009. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2008.
"Spesialisasi produk Jerman dengan komposisi tinggi pada barang-barang modal dan tingginya kehadiran di pasar Asia membuat Jerman sebagai salah satu negara yang mendapatkan keuntungan investasi dari pemulihan global," ujar ekonom senior ING, Carsten Brzeski seperti dikutip dari AFP, Jumat (7/1/2010).
sumber detik finance
Transaksi Rp 6 Triliun, IHSG Perkasa Genggam 2.600
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mempertahankan diri di atas level 2.600 dengan volume dan nilai transaksi besar. Saham-saham pertambangan dan perkebunan memimpin kenaikan IHSG.
Sepanjang perdagangan hari ini, kubu pembeli perkasa menjaga lantai perdagangan dari serangan-serangan kecil kubu penjual. Meski sempat menyentuh zona negatif pada awal perdagangan, namun dengan cepat para pembeli mengambil alih tahta perdagangan.
Nilai transaksi membengkak mencapai Rp 6 triliun dan begitu pula dengan volume transaksi mencapai 7 miliar saham lantaran ramainya transaksi saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan volume mencapai 799 juta saham senilai Rp 2,288 triliun.
Pada perdagangan Jumat (8/1/2010), IHSG ditutup naik 27,475 poin (1,06%) ke level 2.614,370. Indeks LQ 45 juga naik 5,742 poin (1,12%) ke level 515,188. Ineks saham pertambangan naik tajam 63,780 poin (2,71%) ke level 2.409,813, sedangkan indeks saham perkebunan naik 27,723 poin (1,44%) ke level 1.952,190.
Rentang pergerakan IHSG hari ini berkisar antara 2.583,847 di titik terendah dan tertinggi pada level 2.614,536. IHSG ditutup pada level tertinggi untuk hari ini, mengindikasikan tren kenaikan akan terus berlanjut pada perdagangan pekan depan.
Seluruh bursa-bursa regional Asia juga bertahan di teritori positif mengiringi bursa-bursa Eropa yang sebagian besar berada di zona hijau.
* Indeks Hang Seng naik 27,30 poin (0,12%) ke level 22.296,75.
* Indeks Nikkei-225 naik 116,66 poin (1,09%) ke level 10.798,32.
* Indeks Straits Times naik 8,75 poin (0,30%) ke level 2.922,00.
* Indeks KOSPI naik 11,81 poin (0,70%) ke level 1.695,26.
Perdagangan saham sesi I hari ini berjalan sangat ramai dengan frekuensi transaksi di seluruh pasar mencapai 112.449 kali pada volume 7,86 miliar lembar saham senilai Rp 6,062 triliun. Sebanyak 116 saham naik, 50 saham turun dan 90 saham stagnan.
Saham-saham yang mengalami kenaikan harga di top gainer antara lain Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.250 ke Rp 22.150, Kentucky Fried Chicken (FAST) naik Rp 800 ke Rp 6.000, United Tractors (UNTR) naik Rp 550 ke Rp 16.400, HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 400 ke Rp 11.000, Sinar Mas Agri Resources (SMAR) naik Rp 200 ke Rp 3.100, Astra International (AASII) naik Rp 200 ke Rp 34.400, Bumi Resources (BUMI) naik Rp 200 ke Rp 2.900, Astra Agro (AALI) naik Rp 200 ke Rp 25.250.
Sedangkan saham-saham yang turun harganya di top loser antara lain Rig Tender (RIGS) turun Rp 170 ke Rp 540, BCA (BBCA) turun Rp 125 ke Rp 4.850, Anker Bir (DLTA) turun Rp 100 ke Rp 62.000, Bayan (BYAN) turun Rp 50 ke Rp 5.600, Semen Gresik (SMGR) turun Rp 50 ke Rp 7.650.
sumber detik finance
Sepanjang perdagangan hari ini, kubu pembeli perkasa menjaga lantai perdagangan dari serangan-serangan kecil kubu penjual. Meski sempat menyentuh zona negatif pada awal perdagangan, namun dengan cepat para pembeli mengambil alih tahta perdagangan.
Nilai transaksi membengkak mencapai Rp 6 triliun dan begitu pula dengan volume transaksi mencapai 7 miliar saham lantaran ramainya transaksi saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan volume mencapai 799 juta saham senilai Rp 2,288 triliun.
Pada perdagangan Jumat (8/1/2010), IHSG ditutup naik 27,475 poin (1,06%) ke level 2.614,370. Indeks LQ 45 juga naik 5,742 poin (1,12%) ke level 515,188. Ineks saham pertambangan naik tajam 63,780 poin (2,71%) ke level 2.409,813, sedangkan indeks saham perkebunan naik 27,723 poin (1,44%) ke level 1.952,190.
Rentang pergerakan IHSG hari ini berkisar antara 2.583,847 di titik terendah dan tertinggi pada level 2.614,536. IHSG ditutup pada level tertinggi untuk hari ini, mengindikasikan tren kenaikan akan terus berlanjut pada perdagangan pekan depan.
Seluruh bursa-bursa regional Asia juga bertahan di teritori positif mengiringi bursa-bursa Eropa yang sebagian besar berada di zona hijau.
* Indeks Hang Seng naik 27,30 poin (0,12%) ke level 22.296,75.
* Indeks Nikkei-225 naik 116,66 poin (1,09%) ke level 10.798,32.
* Indeks Straits Times naik 8,75 poin (0,30%) ke level 2.922,00.
* Indeks KOSPI naik 11,81 poin (0,70%) ke level 1.695,26.
Perdagangan saham sesi I hari ini berjalan sangat ramai dengan frekuensi transaksi di seluruh pasar mencapai 112.449 kali pada volume 7,86 miliar lembar saham senilai Rp 6,062 triliun. Sebanyak 116 saham naik, 50 saham turun dan 90 saham stagnan.
Saham-saham yang mengalami kenaikan harga di top gainer antara lain Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.250 ke Rp 22.150, Kentucky Fried Chicken (FAST) naik Rp 800 ke Rp 6.000, United Tractors (UNTR) naik Rp 550 ke Rp 16.400, HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 400 ke Rp 11.000, Sinar Mas Agri Resources (SMAR) naik Rp 200 ke Rp 3.100, Astra International (AASII) naik Rp 200 ke Rp 34.400, Bumi Resources (BUMI) naik Rp 200 ke Rp 2.900, Astra Agro (AALI) naik Rp 200 ke Rp 25.250.
Sedangkan saham-saham yang turun harganya di top loser antara lain Rig Tender (RIGS) turun Rp 170 ke Rp 540, BCA (BBCA) turun Rp 125 ke Rp 4.850, Anker Bir (DLTA) turun Rp 100 ke Rp 62.000, Bayan (BYAN) turun Rp 50 ke Rp 5.600, Semen Gresik (SMGR) turun Rp 50 ke Rp 7.650.
sumber detik finance
Rupiah Perkasa Berkat Dana Asing
Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali bergerak menguat berkat terus mengalirnya dana-dana asing ke Indonesia. Selain berburu saham, mereka juga memburu surat utang di Indonesia.
Pada perdagangan Jumat (7/1/2010), rupiah ditutup menguat ke level 9.220 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level 9.240 per dolar AS.
Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengatakan, nilai tukar rupiah memang menguat berkat aliran dana asing masuk membeli surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan juga saham. Investor melepas dolar AS untuk dibelikan portofolio aset lokal.
"Masuknya dana asing ini selain terkait dengan prospek ekonomi domestik yang baik seperti yang terlihat di hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, juga karena sentimen positif perekonomian global ke arah emerging market, " urai Hartadi,
Hartadi menambahkan, penguatan rupiah masih sejalan dengan penguatan mata uang emerging market termasuk regional Asia.
Porsi kepemilikan asing atas SBI memang terus meningkat dan hari ini posisinya sudah mencapai Rp 49,5 triliun (19,4%), dibandingkan posisi per 31 Desember 2009 yang hanya Rp 44,1 triliun.
Sementara posisi asing di Surat Utang Negara (SUN) juga meningkat dari Rp 106,3 triliun per akhir Desember 2009 menjadi Rp 109 triliun.
sumber detik finance
Pada perdagangan Jumat (7/1/2010), rupiah ditutup menguat ke level 9.220 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level 9.240 per dolar AS.
Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengatakan, nilai tukar rupiah memang menguat berkat aliran dana asing masuk membeli surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan juga saham. Investor melepas dolar AS untuk dibelikan portofolio aset lokal.
"Masuknya dana asing ini selain terkait dengan prospek ekonomi domestik yang baik seperti yang terlihat di hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, juga karena sentimen positif perekonomian global ke arah emerging market, " urai Hartadi,
Hartadi menambahkan, penguatan rupiah masih sejalan dengan penguatan mata uang emerging market termasuk regional Asia.
Porsi kepemilikan asing atas SBI memang terus meningkat dan hari ini posisinya sudah mencapai Rp 49,5 triliun (19,4%), dibandingkan posisi per 31 Desember 2009 yang hanya Rp 44,1 triliun.
Sementara posisi asing di Surat Utang Negara (SUN) juga meningkat dari Rp 106,3 triliun per akhir Desember 2009 menjadi Rp 109 triliun.
sumber detik finance
Harga Batubara Sentuh US$ 100/Ton, Saham BUMI Merajalela
Jakarta - Harga komoditas batubara thermal di pasar spot telah menyentuh US$ 100 per ton. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pun menjadi buruan investor selama perdagangan pekan pertama tahun 2010.
"Harga batubara thermal di pasar spot versi Global Newcastle telah mencapai US$ 100 per ton, sedangkan cadangan batubara China menurun 24%, ini menguntungkan bagi BUMI," ujar SVP Investor Relations BUMI, Dileep Srivastava dalam penjelasannya kepada detikFinance, Jumat (8/1/2010).
Melonjaknya harga komoditas batubara di pasar spot dunia terutama didorong oleh kenaikan cepat harga minyak mentah yang kini sudah berada di atas level US$ 80 per barel. Ini menyebabkan investor melakukan pembelian saham-saham pertambangan batubara.
Pada perdagangan hari ini, indeks saham tambang naik tajam sebesar 63,780 poin (2,71%) menembus level 2.409,813. Dan seperti biasa, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) lagi-lagi menjadi pemimpin kenaikan harga saham-saham tambang.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (8/1/2010), BUMI ditutup naik Rp 200 (7,4%) ke level Rp 2.900 dengan volume transaksi mencapai 799 juta saham senilai Rp 2,288 triliun. Aktivitas transaksi saham BUMI ramai sejak perdagangan hari kedua di 2010.
Pada penutupan perdagangan perdana, Senin (4/1/2010), BUMI masih berada di level Rp 2.425 per saham. Mendadak sejak perdagangan hari kedua hingga perdagangan hari kelima, harga saham BUMI terus menanjak seiring dengan melonjaknya harga komoditas batubara di pasar spot dunia.
Jika dibandingkan dengan hari ini, maka dalam 4 hari perdagangan, harga saham BUMI telah mengalami kenaikan sebesar Rp 475 (19,58%). Investor-investor asing pun tak henti-hentinya membeli saham BUMI selama 4 hari terakhir.
Nilai transaksi BUMI selama 4 hari terakhir (5-8 Januari 2010) mencapai Rp 6,453 triliun. Nilai tersebut setara dengan 31,66% dari total nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode yang sama sebesar Rp 20,376 triliun.
Nilai transaksi beli bersih asing (foreign net buy) di seluruh pasar selama periode 5-8 Januari 2010 mencapai Rp 1,937 triliun. Sedangkan net buy asing atas saham BUMI selama 4 hari terakhir mencapai Rp 1,429 triliun.
Itu berarti, posisi net buy asing di saham BUMI menguasai 73,77% dari net buy asing di BEI selama 4 hari terakhir.
Broker-broker berbendera asing juga terus menerus melakukan pembelian saham BUMI. Selama 4 hari terakhir, 6 broker berbendera asing telah melakukan pembelian bersih (net buy) atas saham BUMI sebanyak 1,5 juta lot atau sekitar 750,6 juta saham BUMI.
Angka tersebut setara dengan 3,86% dari total saham beredar BUMI sebanyak 19,404 miliar saham. Total nilai pembelian bersih 6 broker tersebut sebesar Rp 2,052 triliun dalam 4 hari perdagangan.
PT CLSA Indonesia (KZ) membeli bersih sebanyak 394.974 lot senilai Rp 550,084 miliar. PT Credit Suisse Securities Indonesia (CS) membeli bersih sebanyak 273.386 lot senilai Rp 377,409 miliar. PT Kim Eng Securities (ZP) membeli bersih sebanyak 269.106 lot senilai Rp 359,705 miliar.
PT Macquarie Capital Securities Indonesia (RX) membeli bersih sebanyak 267.388 lot senilai Rp 356,165 miliar. PT JP Morgan Securities Indonesia (BK) membeli bersih sebanyak 161.366 lot senilai Rp 214,152 miliar. Terakhir yang baru masuk hari ini, PT RBS Asia Securities Indonesia (HG) membeli bersih sebanyak 134.993 lot senilai Rp 194,690 miliar.
Perburuan masif atas saham BUMI diperkirakan berkaitan dengan naiknya harga rata-rata batubara di pasar spot dan tuntasnya masalah pajak senilai Rp 2,1 triliun sebagaimana ditudingkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
BUMI telah melakukan pembayaran tambahan pajak PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, masing-masing senilai US$ 119,807 juta dan US$ 92,840 juta. Totalnya sekitar US$ 212,647 juta (Rp 2,1 triliun).
sumber detik finance
"Harga batubara thermal di pasar spot versi Global Newcastle telah mencapai US$ 100 per ton, sedangkan cadangan batubara China menurun 24%, ini menguntungkan bagi BUMI," ujar SVP Investor Relations BUMI, Dileep Srivastava dalam penjelasannya kepada detikFinance, Jumat (8/1/2010).
Melonjaknya harga komoditas batubara di pasar spot dunia terutama didorong oleh kenaikan cepat harga minyak mentah yang kini sudah berada di atas level US$ 80 per barel. Ini menyebabkan investor melakukan pembelian saham-saham pertambangan batubara.
Pada perdagangan hari ini, indeks saham tambang naik tajam sebesar 63,780 poin (2,71%) menembus level 2.409,813. Dan seperti biasa, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) lagi-lagi menjadi pemimpin kenaikan harga saham-saham tambang.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (8/1/2010), BUMI ditutup naik Rp 200 (7,4%) ke level Rp 2.900 dengan volume transaksi mencapai 799 juta saham senilai Rp 2,288 triliun. Aktivitas transaksi saham BUMI ramai sejak perdagangan hari kedua di 2010.
Pada penutupan perdagangan perdana, Senin (4/1/2010), BUMI masih berada di level Rp 2.425 per saham. Mendadak sejak perdagangan hari kedua hingga perdagangan hari kelima, harga saham BUMI terus menanjak seiring dengan melonjaknya harga komoditas batubara di pasar spot dunia.
Jika dibandingkan dengan hari ini, maka dalam 4 hari perdagangan, harga saham BUMI telah mengalami kenaikan sebesar Rp 475 (19,58%). Investor-investor asing pun tak henti-hentinya membeli saham BUMI selama 4 hari terakhir.
Nilai transaksi BUMI selama 4 hari terakhir (5-8 Januari 2010) mencapai Rp 6,453 triliun. Nilai tersebut setara dengan 31,66% dari total nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode yang sama sebesar Rp 20,376 triliun.
Nilai transaksi beli bersih asing (foreign net buy) di seluruh pasar selama periode 5-8 Januari 2010 mencapai Rp 1,937 triliun. Sedangkan net buy asing atas saham BUMI selama 4 hari terakhir mencapai Rp 1,429 triliun.
Itu berarti, posisi net buy asing di saham BUMI menguasai 73,77% dari net buy asing di BEI selama 4 hari terakhir.
Broker-broker berbendera asing juga terus menerus melakukan pembelian saham BUMI. Selama 4 hari terakhir, 6 broker berbendera asing telah melakukan pembelian bersih (net buy) atas saham BUMI sebanyak 1,5 juta lot atau sekitar 750,6 juta saham BUMI.
Angka tersebut setara dengan 3,86% dari total saham beredar BUMI sebanyak 19,404 miliar saham. Total nilai pembelian bersih 6 broker tersebut sebesar Rp 2,052 triliun dalam 4 hari perdagangan.
PT CLSA Indonesia (KZ) membeli bersih sebanyak 394.974 lot senilai Rp 550,084 miliar. PT Credit Suisse Securities Indonesia (CS) membeli bersih sebanyak 273.386 lot senilai Rp 377,409 miliar. PT Kim Eng Securities (ZP) membeli bersih sebanyak 269.106 lot senilai Rp 359,705 miliar.
PT Macquarie Capital Securities Indonesia (RX) membeli bersih sebanyak 267.388 lot senilai Rp 356,165 miliar. PT JP Morgan Securities Indonesia (BK) membeli bersih sebanyak 161.366 lot senilai Rp 214,152 miliar. Terakhir yang baru masuk hari ini, PT RBS Asia Securities Indonesia (HG) membeli bersih sebanyak 134.993 lot senilai Rp 194,690 miliar.
Perburuan masif atas saham BUMI diperkirakan berkaitan dengan naiknya harga rata-rata batubara di pasar spot dan tuntasnya masalah pajak senilai Rp 2,1 triliun sebagaimana ditudingkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
BUMI telah melakukan pembayaran tambahan pajak PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, masing-masing senilai US$ 119,807 juta dan US$ 92,840 juta. Totalnya sekitar US$ 212,647 juta (Rp 2,1 triliun).
sumber detik finance
Dana Asing Serbu SUN dan SBI Rp 8,1 Triliun di Pekan Pertama 2010
Jakarta -
Aliran dana asing yang masuk ke instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) sejak akhir tahun 2009 hingga pekan pertama Januari 2010 mencapai Rp 8,1 triliun.
Demikian dikatakan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (08/01/2010).
"SBI asing meningkat dari Rp 44,1 triliun (Desember 2009) menjadi Rp 49 triliun atau 19,4% hingga hari ini," ujar Hartadi.
Sedangkan untuk SUN, lanjut Hartadi, dari Rp 106,3 triliun menjadi Rp 109 triliun pada periode yang sama.
Maka kenaikan porsi SBI dan SUN masing-masing tercatat Rp 5.4 triliun dan Rp 2.7 triliun sampai dengan 8 Januari 2010 dari akhir tahun 2009 kemarin.
Hartadi juga memaparkan sejak awal tahun 2009 posisi SBI asing yakni Rp 10,5 triliun dan SUN Rp 85,8 triliun (7 Januari 2009).
Derasnya aliran dana asing ini turut memberi peran dalam penguatan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah memang menguat berkat aliran dana asing masuk membeli surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan juga saham. Investor melepas dolar AS untuk dibelikan portofolio aset lokal.
"Masuknya dana asing ini selain terkait dengan prospek ekonomi domestik yang baik seperti yang terlihat di hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, juga karena sentimen positif perekonomian global ke arah emerging markets , " tutur Hartadi.
Hartadi menambahkan, penguatan rupiah masih sejalan dengan penguatan mata uang emerging markets termasuk regional Asia.
sumber detik finance
Aliran dana asing yang masuk ke instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) sejak akhir tahun 2009 hingga pekan pertama Januari 2010 mencapai Rp 8,1 triliun.
Demikian dikatakan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (08/01/2010).
"SBI asing meningkat dari Rp 44,1 triliun (Desember 2009) menjadi Rp 49 triliun atau 19,4% hingga hari ini," ujar Hartadi.
Sedangkan untuk SUN, lanjut Hartadi, dari Rp 106,3 triliun menjadi Rp 109 triliun pada periode yang sama.
Maka kenaikan porsi SBI dan SUN masing-masing tercatat Rp 5.4 triliun dan Rp 2.7 triliun sampai dengan 8 Januari 2010 dari akhir tahun 2009 kemarin.
Hartadi juga memaparkan sejak awal tahun 2009 posisi SBI asing yakni Rp 10,5 triliun dan SUN Rp 85,8 triliun (7 Januari 2009).
Derasnya aliran dana asing ini turut memberi peran dalam penguatan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah memang menguat berkat aliran dana asing masuk membeli surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan juga saham. Investor melepas dolar AS untuk dibelikan portofolio aset lokal.
"Masuknya dana asing ini selain terkait dengan prospek ekonomi domestik yang baik seperti yang terlihat di hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, juga karena sentimen positif perekonomian global ke arah emerging markets , " tutur Hartadi.
Hartadi menambahkan, penguatan rupiah masih sejalan dengan penguatan mata uang emerging markets termasuk regional Asia.
sumber detik finance
4 Bank Syariah Hadir di 2010
Jakarta - Sebanyak empat bank umum syariah (BUS) baru akan hadir pada tahun 2010. Keempat bank ini sedang dalam proses perizinan di Departemen Hukum dan HAM.
Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Ramzi A. Zuhdi di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (08/01/2010).
"Ada 4 bank umum syariah baru pada bulan Februari nanti, antara lain BCA Syariah, Bank Victoria syariah, Bank BNI Syariah dan Bank Jabar-Banten Syariah," ujar Ramzi.
Ramzi mengatakan proses perizinan empat BUS tersebut hampir selesai.
"Saat ini sedeang dalam penyelesaian infrastruktur, dokumentasi dan pengajuan ke Departemen Hukum dan HAM," tuturnya
Untuk diketahui saat ini terdapat enam BUS yang telah hadir yakni Bank BRI Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Muamalat.
sumber detik finance
Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Ramzi A. Zuhdi di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (08/01/2010).
"Ada 4 bank umum syariah baru pada bulan Februari nanti, antara lain BCA Syariah, Bank Victoria syariah, Bank BNI Syariah dan Bank Jabar-Banten Syariah," ujar Ramzi.
Ramzi mengatakan proses perizinan empat BUS tersebut hampir selesai.
"Saat ini sedeang dalam penyelesaian infrastruktur, dokumentasi dan pengajuan ke Departemen Hukum dan HAM," tuturnya
Untuk diketahui saat ini terdapat enam BUS yang telah hadir yakni Bank BRI Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Muamalat.
sumber detik finance
Langganan:
Postingan (Atom)