Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Bernanke merupakan dua figur yang sama-sama menduduki jabatan penting bidang ekonomi saat krisis finansial global melanda di 2008.
Keduanya juga sama-sama mengambil kebijakan penting dalam rangka penyelamatan sektor keuangan di negaranya masing-masing.
"Perbedaannya, Bernanke sebagai Man of the Year versi majalah Time, dan Sri Mulyani sebagai korban politik terbesar sepanjang tahun," tandas Dirjen Pengelola Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto kepada detikFinance, Senin (21/12/2009).
Padahal, menurut Rahmat, Bernanke mengeluarkan kebijakan bailout US$ 700 triliun atau setara Rp 6.700 triliun dari APBN AS.
Sementara Sri Mulyani yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, dan Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), mengeluarkan kebijakan bailout Bank Century Rp 6,7 triliun, yang bukan dari dana APBN.
"Bernanke bailout dengan mengeluarkan US$ 700 triliun uang Anggaran, setara kurang lebih Rp 6.700 triliun. Sedangkan bailout Century Rp 6,7 triliun, itupun bukan dana APBN, tapi dana LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Seribu banding satu, padahal GDP Amerika tidak sampai 100 kali Indonesia," tuturnya.
Majalah Time mendapuk Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke sebagai 'Tokoh Tahun 2009'. Bernanke dinilai sukses menggawangi perekonomian AS selama masa gejolak krisis finansial. Penulis senior Time, Michael Grunwald mengatakan, alasan utama Bernanke terpilih adalah karena dia merupakan pemain penting dalam mengawal perekonomian paling penting di dunia.
Sementara Sri Mulyani kini sedang menjadi bulan-bulanan karena menyetujui bailout untuk Bank Century setelah mendapatkan rekomendasi dari Bank Indonesia bahwa bank yang kini bernama bank Mutiara itu adalah bank gagal yang berdampak sistemik. Pansus DPR bahkan mengimbau Sri Mulyani dan Wapres Boediono non-aktif.
sumber detik finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar