ANM World Wide

ANM World Wide
Earth

Selasa, 25 November 2008

BCA Dapat Tambahan Likuiditas Rp 36 Triliun

Anda ingin mendapatkan berita terkini mengenai perkembangan dunia keuangan
dengan hanya membayar Rp 100.000 perbulan anda dapat mendapatkan berita yg uptodate ke email anda untuk membantu anda dalam mengambil keputusan

Silahkan hubungi kami ke anm.finco@gmail.com or anm_partners@yahoo.com atau kunjungi http://anm-finco.blogspot.com karena promo gratis ini hanya sampai akhir Desember setelah itu anda tidak akan mendapatkan berita kami lagi. Dan kami yakin anda akan kehilangan banyak kesempatan penting dalam hidup anda dan perusahaan anda.

Salam Sukses.


BCA Dapat Tambahan Likuiditas Rp 36 Triliun

Jakarta - Di tengah kondisi likuiditas yang ketat, Bank Central Asia (BCA) masih memiliki cadangan likuiditas yang aman, bahkan sampai akhir tahun ini BCA akan mendapatkan tambahan likuiditas sekitar Rp 36 triliun.

Hal ini dikatakan oleh Wakil Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmaja dalam public expose di acara "Investor Summit & Capital Market Expo 2008" di Hotel Ritz Charlton, Pacific Place, SCBD, Jakarta, Selasa (25/11/2008).

"Untuk likuiditas kita tidak khawatir, dari SBI kita ada Rp 30 triliun dan dari pencairan SUN yang jatuh tempo pada 25 Desember 2008 ada tambahan Rp 6,3 triliun. Jadi ada tambahan sekitar Rp 36 triliun," tuturnya.

Jahja mengatakan untuk tahun depan, perseroan juga akan mendapatkan tambahan likuiditas dari pencairan SUN yang jatuh tempo sebesar Rp 11,5 triliun.

DPK Tembus Rp 200 Triliun

Sementara itu untuk Dana Pihak Ketiga (DPK), BCA mengumpulkan sebesar Rp 200 triliun lebih, jumlah ini meningkat dari besaran DPK perseroan sampai September 2008 yang sebesar Rp 192,89 triliun.

"Sekitar 3 hari yang lalu, DPK kita pecah Rp 200 triliun, ini pertama kalinya. Pertumbuhan paling banyak adalah dari tabungan," jelasnya.

Jahja mengatakan pada akhir September 2008 pertumbuhan DPK perseroan memang lebih kecil yaitu 14%, dibandingkan pertumbuhan kredit perseroan yang sebesar 53,3%. Sedangkan untuk DPK valas, saat ini Jahja mengatakan besarannya adalah US$ 1,7 miliar.

"Karena memang secara nasional seperti itu. Untuk kredit memang besar pertumbuhannya karena kita mengambil kesempatan di saat bank-bank luar negeri tidak lagi memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan bagus di Indonesia," jelasnya.

Dilanjutkannya karena berhentinya kucuran pinjaman dari bank di luar negeri kepada perusahaan di dalam negeri, perseroan mengambil kesempatan tersebut.

"Karena itu dari pertumbuhan kredit 53,3%, sebanyak 70%-nya adalah korporasi. Jadi itu kesempatan yang tidak kita sia-siakan, karena kita punya modal atau CAR yang bagus," katanya.

Untuk KPR, pertumbuhan sampai September 2008 adalah 41,8%, kredit kendaraan bermotor 94%.

Akan tetapi untuk tahun 2009 di saat kondisi ekonomi tidak kondusif, Jahja mengatakan perseroan tidak akan terlalu agresif, oleh karena itu pertumbuhan kredit hanya ditargetkan 10-15%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut