Jakarta - Situasi pasar finansial dunia yang sedang limbung membuat siapapun siaga satu. Tak hanya nasabah, bank pun memilih untuk berhati-hati untuk masalah kredit. Semua seolah tak mau kondisi tahun 1998 terulang.
Ketika krisis moneter datang 10 tahun silam, suku bunga menggila hingga 50 persen. Debitor limbung tak bisa membayar, sementara kreditor langsung terhantam kredit macet. Perekonomian pun terpukul habis-habisan.
Belajar dari krisis di masa silam, orang kini lebih waspada dan bersabar. Dari sisi nasabah yang ingin kredit, mereka kini memilih bersabar ketimbang harus menghadapi tingginya suku bunga.
"Tunggu suku bunga turun dulu, sekarang semuanya sedang serba tidak pasti. Daripada nanti malah rugi," jelas Tama, pegawai swasta yang hendak mengajukan kredit kendaraan bermotor ini.
Sementara dari pihak perbankan pun memberikan kredit secara selektif dan sangat terkontrol. Seperti yang disampaikan Direktur Consumer BNI Darwin S, bahwa bank pelat merah itu kini lebih selektif dalam mengucurkan kredit konsumsinya dan menahan pertumbuhan kreditnya, guna menghindari terjadinya NPL di tengah tingginya suku bunga, namun bukan berarti menghentikan kucuran kreditnya.
"Kredit konsumsi tetap jalan, kan masing-masing bank berbeda nasabahnya, tapi kita sangat selektif dan mengontrol ketat dalam pengucurannya," jelasnya di Gedung Landmark, Jakarta, Kamis (20/11/2008).
Darwin mengakui, kondisi pengucuran kredit yang selektif dan terkontrol ini mulai dilakukan perseroan sejak bulan September 2008 lalu, dengan mulai mengetatnya kondisi likuiditas dan tingginya suku bunga.
"Jadi untuk kredit konsumsi seperti KPR kita tidak menghentikan namun selektif dan terkontrol. Kredit kendaraan juga sama, kita tidak terlalu gencar," imbuhnya.
Dijelaskan Darwin, untuk pertumbuhan kredit, perseroan akan menahan laju pertumbuhan di level pencapai pada kuartal III-2008. "Saya lupa berapa angkanya, tapi kita stay pertumbuhannya, tidak naik, kita menjaga pertumbuhan di kuartal IV-2008 sama seperti kuartal III-2008," katanya.
Dia juga mengatakan untuk 2009, di tengah situasi ekonomi yang belum pasti, dirinya belum bisa mengatakan berapa target kredit yang akan diraih. "Itu tergantung bagaimana situasi pada kuartal IV-2008 ini, namun sepertinya 2009 tidak akan seagresif 2008," imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama BNI Felia Salim mengatakan saat ini untuk pengucuran kredit, perseroan sudah melakukan pendalaman agar proses kehati-hatian lebih ditekankan.
"Kita ingin lebih konservatif di sektor-sektor tertentu, seperti kredit konsumsi akan sangat selektif," katanya. Pada kuartal III-2008, secara keseluruhan kredit BNI dikatakan Felia sudah tumbuh 20% sesuai target.
Namun dari sisi likuiditas, Agus menilai bahwa saat ini sebenarnya kondisinya saat ini masih membaik. Hal ini terlihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang terus meningkat. Berdasarkan data BI, DPK perbankan per September mencapai Rp 1.601 triliun, meningkat dibandingkan DPK Agustus yang hanya Rp 1.528 triliun.
"Jadi kalau DPR bulan-bulan ini lebih tinggi peningkatannya dibanding kredit, itu menunjukkan bahwa semakin likuid pasarnya. Itujuga menunjukkan bahwa itu salah satu sumber yang besar yaitu pengeluaran pemerintah semakin lancar, dana dari masyarakat meninggi dan DPR meningkat," jelas Agus.(qom/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar