Jakarta - Departemen Keuangan menyatakan besaran bunga atau yield (imbal hasil) dari surat utang (obligasi) pemerintah sudah lebih baik, dalam arti menurun dibandingkan tahun 2009 yang terimbas dampak krisis ekonomi.
Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan penetapan yield dalam setiap penerbitan obligasi negara tidak mudah dan sederhana, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
"Yield sangat tergantung pada jumlah penerbitan (issue size ), rating, tingkat likuiditas pasar, apakah penerbitan baru atau reopening , dan timing (waktu). Jadi tidak bisa simplifikasi begitu saja," jelasnya kepada detikFinance, Kamis (14/1/2010).
Rahmat mengatakan kenaikan rating utang luar negeri yang didapatkan pemerintah terbukti menurunkan yield obligasi negara yang diterbitkan pemerintah.
"Yang jelas, obligasi negara RI baik yang rupiah dan valas kinerjanya di pasar sekuder, lebih baik dari obligasi negara lain jika dilihat perkembangan dari spread terhadap US Treasury, likuiditas dan lain-lain. Indonesia juga sudah memperoleh 11 international awards karena kinerja obligasi lokal maupun internasionalnya," katanya.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Rizal Ramli mengatakan tingginya bunga atau yield surat utang (obligasi) yang ditawarkan pemerintah Indonesia membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani dicintai investor asing, dan surat utang pemerintah Indonesia laris dibeli asing.
Rizal menyatakan strategi pinjaman yang sangat agresif serta berlebihan dengan memberikan bunga tinggi berpotensi merugikan negara, karena aliran dana spekulatif (hot money ) yang masuk selain berdampak positif bagi nilai tukar rupiah dan indeks, namun juga akan meningkatkan risiko finansial melalui potensi arus balik modal.
by detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar